Kita hidup pada era komunikasi yang dikenal dengan computer-mediated communications (CMC). CMC ini sedikit banyak bukan hanya mengubah cara kita berkomunikasi melainkan juga melahirkan kebutuhan baru pada sarana untuk berkomunikasi, yang antara lain dijawab dengan produksi handphone yang memiliki fitur lebih dari sekedar untuk bertelpon atau berkirim sms belaka. Melainkan memiliki kemampuan mengakses internet, atau telepon
Maka makin banyaklah pengguna situs jaringan sosial semacam facebook atau YM, karena kini tidak selalu harus membutuhkan perangkat komputer seperti desktop, laptop atau netbook, untuk bisa mengakses situs jaringan sosial itu. Banyak handphone dan harganya pun relatif terjangkau yang dilengkapi fasilitas untuk mengakses internet. Para operator telepon seluler pun berlomba menyediakan fasilitas ini dengan tarif yang relatif murah, sehingga ada yang menjanjikan tarif Rp 500/hari. Kita bisa melihat pada gambar berikut, sejumlah situs jejaring sosial yang cukup populer.
Dalam pandangan banyak ahli komunikasi, CMC telah banyak mengubah praktik komunikasi manusia. Revolusi komunikasi yang disebut Tella itu, pada satu sisi melahirkan penyebaran teknologi, berlangsungnya inovasi sistem komunikasi manusia dan pesan yang disebarluaskan dengan kecepatan tinggi dan jumlah yang besar. Artinya, revolusi komunikasi itu mendorong peningkatan jumlah pesan yang dengan cepat disebarluaskan, karena ada inovasi dalam sistem komunikasi manusia lewat penyebaran teknologi. Tapi pada sisi lain, revolusi komunikasi pun melahirkan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan (a) kepuasan dalam interaksi manusia, (b) komunikasi yang dialogis, dan (c) martabat manusia yang diperoleh melalui dialog.
Dengan begitu, sangat tidak sederhana implikasi perkembangan teknologi komunikasi itu. Bukan sekedar lahirnya teknologi yang memungkinkan penyebaran pesan dengan cepat dan terjadinya eksplosi pengetahuan dan informasi, namun juga mengubah karakteristik keseluruhan sistem komunikasi manusia. Beberapa penelitian komunikasi yang terkait dengan perkembangan terknologi komunikasi dan informasi, yang menjadi perhatian para ilmuwan komunikasi menggarisbawahi hal-hal (a) kaburnya batas-batas komunikasi interpersonal dan komunikasi massa, (b) realitas hiperkomunikasi, (c) dampak komunikasi yang synchronous dan assynchronous dalam komunikasi bermedia komputer, (d) kemunculan cara-cara baru berkomunikasi yang tak sesuai lagi dengan konsep komunikasi tradisional, dan (e) persoalan-persoalan etika komunikasi, seperti soal kejujuran, privasi, kebohongan, keamanan.
Para ahli komunikasi yang mengkaji CMC dalam konteks KAP ini, pada umumnya mengkajinya dari dua sudut. Pertama, pengkajian yang berkaitan dengan efek pemanfaatan teknologi baru ini seperti (a) kecanduan internet, (b) internet dan isolasi sosial/kesendirian, serta (c) alienasi dan eskapisme. Kedua, pengkajian yang berkenaan dengan interaksi dan komunikasi antarpribadi seperti interaksi tatap-muka dibandingkan dengan interaksi melalui CMC dengan melihat sampai seberapa jauh hilangnya kial-kial nonverbal dalam CMC yang berbasis teks mempengaruhi berbagai dampak KAP.
Pada sisi lain kita pun melihat sebenarnya CMC bukan sekedar sarana untuk saling mempertukarkan pesan. Melainkan juga untuk membangun dan memelihara relasi. Karena itulah maka CMC ini pun menjadi bagian dari kegiatan KAP. Mengingat di dalamnya ada dimensi isi pesan dan relasi dalam kegiatan komunikasnya. Hanya saja, dalam CMC ini, kial-kial nonverbal yang bias menunjukkan sifat relasi kita digantikan oleh sejumlah simbol yang menunjukkan bagaimana suasana hati penerima pesan.
Meski demikian, ada dua teori yang menjelaskan fenomena KAP dalam CMC yang memandang bahwa CMC tak bisa sepenuhnya menggantikan KAP. Pertama, Teori-teori Pengurangan Kial pada CMC memandang bahwa dalam KAP, mekna itu muncul bukan hanya dari mana denotatif pesan melainkan juga bersumber dari kial-kial fisik dan konteks. Gerak-gerik misalnya membantu dalam melahirkan makna. Bagi teori ini, praktik KAP yang paling efisien adalah KAP tatap muka. Manakala KAP ini dimediasi teknologi seperti dalam CMC maka teknologi itu akan mengurangi efektivitas komunikasinya. Kedua, Teori-teori Sosial tentang CMC memandang bahwa kebutuhan berkomunikasi lewat CMC pada dasarnya sama saja dengan kebutuhan berkomunikasi secara tatap muka. Setiap ada pengurangan kial, sesuai dengan sifat medium komunikasinya, tidak dengan sendirinya akan mengurangi kebutuhan berkomunikasi itu. Oleh sebab itu, pihak-pihak yang berkomunikasi akan mengurangi penggunaan kial-kial sesuai dengan sifat mediumnya, mereka akan berupaya menggunakan kial-kial yang bisa disampaikan sesuai dengan tujuan komunikasinya.
EmoticonEmoticon